Malam itu sungguh hening, aku tak bisa menyembunyikan kemarahanku saat
itu, aku mencoba berbaring di tempat tidur dan memeluk bantal gulingku,
berharap emosiku akan hilang. Dalam pikiranku saat itu aku hanya
memikirkan sikap ayah yang sore tadi memarahiku hanya karena aku meminta
uang padanya, karena aku ingin membeli baju baru yang tadi siang aku
lihat di sebuah toko ketika aku pulang sekolah. aku sangat menyukai
baju itu. tapi ayah malah menasehatiku dan berkata :
“jangan terlalu boros
dalam hal uang, dan cobalah untuk menabung”.
Aku sempat mengadukan hal
ini kepada ibu, tapi rupanya respon ibu terhadapku sama sekali tidak aku
inginkan, ya.. ibu saat itu berpihak kepada ayah. dan berkata :
“turuti
saja apa kata ayahmu, karena itu untuk kebaikanmu juga”.
Waktu menunjukan jam 20. 00 wib, aku pun langsung menarik selimutku dan tidur.
Tepat pada pukul 6 pagi Matahari menyambutku pagi itu dengan cerah, tapi tidak dengan sikap ku pada ayah, pada saat itu aku masih marah terhadap ayah, tapi rupanya ayah seakan-akan tidak tahu tentang sikapku terhadapnya, entah dia berpura-pura tidak tahu atau… ah sudahlah aku sangat benci pada saat itu. aku langsung berpamitan pada ibu untuk berangkat sekolah.
Tepat pada pukul 6 pagi Matahari menyambutku pagi itu dengan cerah, tapi tidak dengan sikap ku pada ayah, pada saat itu aku masih marah terhadap ayah, tapi rupanya ayah seakan-akan tidak tahu tentang sikapku terhadapnya, entah dia berpura-pura tidak tahu atau… ah sudahlah aku sangat benci pada saat itu. aku langsung berpamitan pada ibu untuk berangkat sekolah.
Bel pulang pun berbunyi, karena tidak ada rencana apa-apa aku dan
teman-temanku langsung pulang, ketika di perjalanan pulang lagi-lagi aku
terbayang dengan baju kemarin di salah satu toko dekat sekolahku. dan
ketika aku melewati toko itu ternyata baju yang aku inginkan itu masih
ada dan belum terjual, aku sangat ingin membelinya pada saat itu tapi
uangku tidak cukup untuk membeli baju itu.
Ketika tiba di rumah aku langsung menceritakan baju yang aku inginkan
itu pada ibu, berharap ibu akan memberiku uang yang cukup untuk membeli
baju itu, dan pada saat itu ibu sama sekali tidak peduli dan berkata.
“baju mu masih banyak yang bagus, dan kalau mau minta uang untuk membeli
baju mintalah pada ayah”.
Dengan wajah yang sangat marah aku pun pergi
ke kamar dan langsung meninggalkan ibu yang pada saat itu mengomeliku.
ketika ayah pulang kerja aku menyambut ayah dengan senyuman manisku, dan
rupaya ayah kelihatan heran dengan sikapku padanya, dan ayah pun
langsung duduk di samping ibu yang pada saat itu sedang duduk di ruang
tamu, akupun lagi-lagi menceritakan baju itu dan berharap ayah menuruti
permintaanku, tapi dengan wajah yang kalem ayah berkata :
“kamu selalu
saja begitu nak, tidak pernah berubah, apa yang kamu inginkan
seolah-olah ayah harus turuti”.
“Kenapa ayah sekarang sama saja seperti ibu tidak mau menuruti
keinginanku, padahal dulu apa yang aku inginkan selalu kalian turuti
tapi sekarang…”
Ayah memotong pembicaraanku dan berkata :
“dulu memang
semua keinginanmu ayah dan ibu selalu turuti, tapi sekarang kau bukan
lagi anak kecil kau sudah remaja nak, dan hal itu membuat ayah berpikir,
kalau kau hanya ingin terus di suapi oleh kami kapan kau akan
mandiiri.”
ujar ayah dengan perkataannya yang sedikit membentak.
Pada saat itu aku benci dengan suasana itu, dan ibu rupanya tidak membela aku sedikit pun, ibu lagi-lagi berpihak kepada ayah dan ikut menasehatiku.
Pada saat itu aku benci dengan suasana itu, dan ibu rupanya tidak membela aku sedikit pun, ibu lagi-lagi berpihak kepada ayah dan ikut menasehatiku.
Pada saat itu aku hanya duduk tertunduk, karena aku juga menyadari apa
yang di katakan oleh ayah dan ibu ada benarnya juga, bahwa aku itu
merasa seolah-olah dunia berpihak kepadaku, dan itu adalah hal yang
salah.
Suasana sangatlah sedikit hening dan tegang, aku hampir menangis ketika ayah menasehatiku, dan ibu mencoba menenangkanku dengan duduk berada di sampingku.
“ayah tidak melarang semua keinginanmu, tapi setidaknya kalau kamu ingin membeli barang atau apapun yang kau inginkan cobalah untuk menabung, menyisihkan sedikit uang jajanmu. dan apabila kamu terbiasa untuk menabung ayah yakin apa yang kau inginkan pasti kau bisa membelinya tanpa meminta lagi pada ayah”. Ujar ayah dengan mencoba menenangkanku.
“Iya nak, ayah bukannya tidak sayang terhadapmu, tapi ini lah bentuk
sayang ayah terhadapmu, yakinlah semua apa yang di katakan oleh ayah itu
untuk kebahagiaanmu juga”. ujar ibu dengan sikap tenang.
Aku pun sadar dengan hal itu, ke esokan harinya aku tidak lagi marah
ataupun membenci ayah dan ibu pada hari itu aku menuruti semua nasehat
ayah dan ibu, ya aku mencoba menabung, menyisihkan uang jajanku.
Seminggu telah ku lalui dan di waktu seminggu itu pula aku belajar
mandiri, dan terbukti sekarang aku bisa membeli baju yang aku inginkan
itu dengan uang tabunganku sendiri, dan mulai dari hari itu aku mencoba
untuk selalu menabung. dan selalu mendengarkan nasehat-nasehat ayah dan
ibu. aku berharap semoga hal ini terus berlanjut… dan aku berharap
dengan semakin bertambahnya usiaku menjadikan aku mandiri dan lebih
dewasa.
Terima Kasih Ayah Ibu, kau bentuk diriku saat ini menjadi Seseorang yang Mandiri.
Meski Kesuksesan belum dapat aku raih dan belum bisa memberikan kebahagiaan kepada kalian.
Doakan kami agar dapat menjadi anak yang berbakti.