Namaku ani yang sudah menginjak umur 18 aku hidup di keluarga yang
sederhana tapi itu menurutku sudah lebih dari cukup bahagia karena aku
memiliki ibu dan ayah yang menyayangiku mereka sangat berarti dalam
hidupku, suatu hari temanku yang bernama tendri datang di rumah sekedar
datang untuk curhat dengan aku, maklum di antara teman-temanku akulah
yang paling dipercayakan sebagai tempat curhatnya mereka. Dalam
perbincangan ku dengan temanku, ayah langsung ikut memberikan nasehat
kepada kami dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin sekali aku sekolah
tinggi-tinggi supaya bIsa juga Seperti orang lain serta mengubah
keadaan ekonomi keluarga kami.
Saat itu aku tunduk merenungi semua
nasihat ayah bahwa dia ingin sekali melihat aku sukses.
Keesokan harinya tepat hari minggu seperti biasa ayah pergi ke kebun
bersama dengan ibu serta adikku dan aku hanya tinggal di rumah untuk
beres-beres, setelah selesai pekerjaan rumah aku cuman bisa belajar
sambil tunggu mereka pulang. tepat pukul setengah 12 mereka pun pulang
dan aku membereskan pakaianku untuk kembali ke kost karena besok harus
masuk sekolah beserta mengikuti les di sore harinya, aku pun pamit untuk
pulang tapi aku heran dengan sikap ayah yang tidak pernah sekalipun
menegurku seperti biasanya, dia hanya diam sambil mengerjakan
pekerjaannya tak seperti biasa jika aku pengen pergi banyak nasehat dia
berikan tapi kali ini hanya diam yang mengantar kepergianku setelah
teman datang menjemputku.
Malam harinya aku begitu bahagia sampai teriak-teriak seperti lupa
diri karena aku sakit hati gara-gara diputusin pacar, setelah itu aku
langsung terdiam sendiri tiba-tiba kakakku menelfon ingin pulang untuk
jeguk anaknya. sehabis menelfon aku tidur. tepat jam 05.00 subuh
terdapat 5 panggilan tak terjawab dari adekku langsung saja aku hubungi
kembali, dalam nada menangis adekku berkata “kak ayah sudah tidak ada”
aku serontak bangun menangis sampai teman-temanku kaget dan bertanya “vi
kamu kenapa” aku menjawab “bapakku meninggal” tanpa basa-basi aku seperti
orang tidak sadar bangun seakan tidak percaya kalau ini merupakan suatu kenyataan,
sampai naik motor hanya tangisan yang aku bawa ke rumah kakakku untuk
memberitahukannya.
Setelah sampai dan memberitahukanya dia juga seakan tidak percaya
karena kenapa ayah kami itu tidak sakit kemarin masih sehat, tanpa
berfikiran panjang aku pulang ke rumah, setelah sampai sudah banyak
orang aku langsung menuju kamarnya dan melihat jasad yang sudah tak
bernyawa itu hanya bisa diam ditangisi banyak orang, aku berkata dalam
hati “ya allah terlalu cepat engkau panggil ayah ku sebelum aku
membahagiakannya sesuai dengan keinginannya” dengan perasaan yang sakit
dan berat segara ku peluk tubuh kaku itu untuk terakhir kalinya serta
mencium kedua telapak kakinya.
Setelah kejadian itu keluarga kami tidak ada lagi senyum, semua hanya
duka yang dipendam. sampai tamat SMA aku harus tinggalkan mereka untuk
mewujudkan keinginan ayah yaitu sekolah tinggi-tinggi dan membahagiakan
keluarga. mungkin saat ini di atas sana ayah terseyum melihat aku
berusaha mewujudkan harapannya.
http://goo.gl/X0Bo61